Rabu, 29 Juni 2022

Development (Dev) and IT Operations (Ops)


    Sejarah DevOps dimulai sejak tahun 2007, di mana Patrick Debois (seorang konsultan development) memiliki tujuan untuk mempelajari berbagai aspek tentang IT. Ia merasa terganggu dengan perbedaan antara cara tim development dan tim operations bekerja. Lalu Patrick dipertemukan dengan Andrew Shafer untuk memulai Agile System Administration.

Tahun 2010 pembahasan mengenai DevOps mulai gencar di seluruh dunia dengan tagar DevOpsDays bermunculan di media sosial. Hingga tahun 2014 perusahaan besar seperti Target, Nordstrom, dan LEGO menjadi perusahaan pertama yang menerapkan prinsip DevOps ke perusahaannya.

Apa itu DevOps?

DevOps merupakan singkatan dari dua kata yaitu Development dan Operation. Di mana kedua kata tersebut bermakna “operasional pengembang”. Seperti yang disebutkan sebelumnya, DevOps adalah sebuah prinsip developer untuk mengkoordinasikan antar tim yaitu tim development dengan tim operations dengan efektif dan efisien.

Pola pikir yang dibentuk oleh DevOps adalah koordinasi antar tim yang dapat dilakukan dengan cara singkat sehingga tidak membutuhkan banyak pertanyaan. Tim operation atau development cukup mengonfigurasi beberapa komponen yang dibutuhkan melalui prosedur yang dibuat.

Tentunya koordinasi yang diterapkan pada DevOps membutuhkan sebuah tools. Banyak tools yang bisa kamu gunakan, salah satunya adalah Source Code Management (SCM) yang biasa digunakan secara umum oleh tim development. Produk SCM yang paling terkenal adalah Git, ditemani oleh Source Code Repository (SCR) seperti GitHu, GitLab, Bitbucket, atau yang lainnya. Namun SCM saja tak cukup untuk mengomunikasikan antara tim development dengan tim operational.

Tujuan DevOps


DevOps bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara tim development dan tim operation dari mulai perencanaan hingga aplikasi/fitur ter-deliver ke pengguna. Semua itu harus dilakukan secara otomatis agar:

  • Meningkatkan deployment frequency.
  • Meningkatkan waktu pemasaran.
  • Menurunkan tingkat kegagalan pada rilisan terbaru.
  • Mempersingkat waktu perbaikan.
  • Meningkatkan waktu pemulihan.



Continue reading Development (Dev) and IT Operations (Ops)

Kamis, 26 Mei 2022

Apa itu Information Technology Governance ?

 



    Bagi sebagian orang, istilah IT governance mungkin masih terdengar asing. Pada dasarnya, IT governance adalah suatu kebijakan penggunaan teknologi informasi atau TI dalam suatu organisasi atau perusahaan.

    IT Governance merupakan suatu komitmen, kesadaran dan proses pengendalian manajemen organisasi terhadap sumber daya TI/sistem informasi yang dibeli dengan harga mahal tersebut, yang mencakup mulai dari sumber daya komputer (software, brainware, database dan sebagainya) hingga ke Teknologi Informasi dan Jaringan LAN/Internet. Lalu, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan Tata Kelola (Governance) itu?

    “Governance” merupakan turunan dari kata “government”, yang artinya membuat kebijakan (policies) yang sejalan/selaras dengan keinginan/aspirasi masyarakat atau kontituen (Handler & Lobba, 2005). Sedangkan penggunaan pengertian “governance” terhadap Teknologi Informasi (IT Governance) maksudnya adalah, penerapan kebijakan TI di dalam organisasi agar pemakaian TI (berikut pengadaan dan pelayanannya) diarahkan sesuai dengan tujuan organisasi tersebut.

    Tujuan dibangunnya IT Governance intinya adalah, menyelaraskan IT Resources yang sudah diinvestasikan jutaan dollar tersebut dengan strategi organisasi (agar menjadi enabler). Untuk mewujudkan IT Governancedalam suatu organisasi, maka suatu organisasi harus membangun struktur yang dinamakan dengan IT Governance Framework, yang kira-kira polanya sebagai berikut:

    Berdasarkan struktur IT Governance kira-kira seperti inilah maka semua sistem informasi yang ada di perusahaan (Sistem Informasi Bisnis) dapat diarahkan (govern) agar sejalan dan mendukung strategi organisasi.Dengan demikian, maka keberadaan berbagai bentuk sistem informasi dalam naungan SIM (Sistem Informasi Manajemen/SIM) perusahaan misalnya  dapat memaksimalkan tujuan utama organisasi tersebut, di antaranya meningkatkan kinerja, memenangkan persaingan, mencapai target penjualan dan sebagainya. Demikian pula, perusahaan kemudian dapat mereduksi resiko dari penggunaan TI (IT Risk) dan pengendalian IT Process (disebut dengan IT Control) menjadi optimal.

    Untuk mewujudkan tujuan yang bersifat integratif dan komprehensif tersebut, maka tidak mungkin pengelolaan TI pada organisasi skala menengah dan besar ini, hanya menjadi urusan bagian dari departemen komputer saja (IT Function). Akan tetapi harus melibatkan semua pihak (stakeholder) sesuai dengan proporsinya, mulai dari Dewan Komisaris, Top Management/eksekutif, Manajer fungsional, manajer operasional, karyawan sebagai end-user, tapi tentu saja terutama Manajer Teknologi Informasi (CIO).

    Dengan adanya IT Govenance (Tata Kelola TI yang baik) yang berjalan di dalam suatu organisasi perusahaan tersebut, maka puluhan IT Process (IT Activities) yang dijalankan dapat berjalan secara sistematis, terkendali dan efektif. Bahkan pada menciptakan efisiensi dengan sendirinya mengurangi biaya operasional dan meningkatkan daya saing. Output dan outcome dari IT Governance yang baik tersebut hanya dapat dicapai jika tata kelola tersebut dikembangkan dengan menggunakan IT Framework berstandar internasional, misalnya dengan mengimplementasikan COBIT, IT-IL Management, COSO, ISO IT Security dan sebagainya.

Pentingnya IT Governance dalam Perusahaan

1. Mendapatkan kepercayaan dari pelanggan

    Dalam bisnis, mendapatkan kepercayaan dari stakeholder, klien, atau bahkan pelanggan tentu bukanlah hal yang sulit. Ketika perusahaan sudah memutuskan untuk mengambil kebijakan untuk menerapkan rencana tata kelola IT,  secara tidak langsung perusahaan telah memberikan jaminan kepada stakeholder atau pelanggan.

2. Mengontrol risiko

    Dengan menerapkan IT governance, perusahaan dapat mengatur risiko dengan baik. Sebab, perusahaan dapat melacak dengan cepat risiko yang terjadi di lingkungan teknologi dan informasi, lalu dapat diselesaikan secara langsung.

3. Meningkatkan produktivitas kinerja perusahaan

    IT governance bertujuan untuk mengatur sistem tata kelola TI di dalam perusahaan, termasuk menyeleraskan departemen IT dengan tujuan bisnis. Dengan begitu, orang-orang di dalam departemen IT dapat berfokus ke proyek lain serta mengambil peluang-peluang yang ada.




Continue reading Apa itu Information Technology Governance ?

Jumat, 15 April 2022

Apa itu ITIL (Information Technology Infrastructure Library)?

 



        ITIL atau Information Technology Infrastructure Library, merupakan sebuah framework yang dibuat dan dikembangkan oleh Office of Government Commerce (OGC) di Inggris. ITIL merupakan kumpulan dari best practice tata kelola layanan teknologi informasi diberbagai bidang dan industri, dari mulai manufaktur sampai finansial, industri besar dan kecil, swasta dan pemerintah.

Menurut CIO, selama masa pengembangannya, information technology infrastructure library telah mengalami beberapa proses revisi.

Pertama, pada tahun 2000, sejumlah 30 buku teori orisinal ITIL pertama kali diringkas menjadi hanya 7 bersamaan dengan ITIL V.2 yang juga baru diluncurkan.

Masing-masing buku dikemas dengan aspek manajemen IT modern. Kemudian, ITIL Refresh Project pada tahun 2007 mengonsolidasikan ITIL menjadi hanya 5 volume yang terdiri dari 26 proses dan fungsi.

Inisiatif ini disebut sebagai ITIL edisi 2007. Lalu, pada tahun 2011, pembaruan lain yang dijuluki ITIL 2011, diterbitkan sebagai penerus edisi tahun 2007.

Namun, kelima volume sebelumnya tetap ada, dan ITIL 2007 serta ITIL 2011 tidak mendapatkan pembaruan.

Selanjutnya, information technology infrastructure library 4 yang dirilis pada 2019 adalah edisi terkini yang dianggap lebih stabil dan efektif.

Teknologi baru ini dapat mempertahankan fokus yang sama pada proses otomatisasi data, serta meningkatkan manajemen layanan, dan dapat mengintegrasikan departemen IT ke dalam rencana bisnis.

ITIL 4 juga memperbarui kerangka kerja agar dapat mengakomodasi dan menyesuaikan kinerja teknologi dan perangkat lunak perusahaan sesuai dengan standar yang lebih modern.

Sejak pembaruan terakhir information technology infrastructure library, departemen IT perusahaan telah berkembang menjadi bagian integral dari setiap bisnis.

Kerangka kerja baru yang tersedia telah mengakomodasi lini kerja tim IT agar menjadi lebih gesit, fleksibel, dan kolaboratif.

Information technology infrastructure library mencakup beberapa kerangka kerja yang diadaptasi dari kelima publikasi inti.

Kerangka kerja ini akan ditinjau secara berkala dan diperbarui seiring dengan perkembangan teknologi.

Setiap kerangka memberikan praktik terbaik untuk setiap fase utama dari siklus hidup sistem manajemen layanan IT.

Nah, menurut Techtarget, kerangka kerja Information technology infrastructure yang perlu kalian ketahui adalah seperti berikut ini.

Service Strategy: Bertugas untuk menjelaskan tujuan bisnis dan persyaratan pelanggan dengan cara menyelaraskan tujuan dari kedua aspek tersebut.

Service Design: Menguraikan praktik produksi kebijakan, arsitektur, dan dokumentasi IT perusahaan.

Service Transition: Memberikan nasihat kepada manajemen bila terjadi perubahan serta memandu administrator IT selama ada gangguan dan perubahan lingkungan kerja.

Service Operation: Menawarkan opsi untuk mengelola layanan IT untuk keperluan setiap hari, bulanan, hingga tahunan.

Continual Service Improvement: Kerangka kerja yang meliputi cara memperkenalkan perbaikan dan pembaruan kebijakan dalam kerangka proses ITIL.

Adopsi dan pemeliharaan information technology infrastructure library adalah sebuah proses yang membutuhkan ahli terlatih untuk memandu perusahaan dan staf IT.

Perusahaan IT raksasa seperti Microsoft, IBM, dan Hewlett Packard Enterprise (HPE) menggunakan ITIL sebagai dasar untuk pedoman operasi internal mereka sendiri.

Setiap iterasi ITIL memberikan dokumentasi yang telah diperbarui dan disesuaikan untuk mempersiapkan admin IT untuk infrastruktur layanan IT modern.

Dengan menggunakan dasar pendekatan sistematis ITIL untuk manajemen layanan TI, ITIL menawarkan peningkatan pada sebuah perusahaan diantaranya:

-  Peningkatan Return on Investment pada TI.

-  Peningkatan Kapabilitas dan produktivitas.

 Peningkatan Kepuasan Pelanggan/Pengguna.

 Peningkatan Hasil Pemanfaatan aset.

 Peningkatan hubungan dan interaksi antara penyedia layanan TI dengan
   pengguna/pelanggan.

 Menjaga organisasi untuk mengimbangi perubahan terkini yang mendorong organisasi         
   untuk terus berkembang.

-  Integrasi Layanan TI

Peningkatan ini telah dibuktikan oleh banyak organisasi di dunia yang mengadopsi ITIL sebagai kerangka kerja layanan TI mereka.


Continue reading Apa itu ITIL (Information Technology Infrastructure Library)?

Jumat, 08 April 2022

Framework (Kerangka Kerja) yang digunakan pada ITSM

 


           ITSM atau singkatan dari Information Technology Service Management dalam Bahasa Indonesia artinya Manajemen Layanan Teknologi Informasi merupakan metode pengelolaan sistem teknologi informasi (TI), secara filosofis terpusat pada perspektif konsumen layanan TI terhadap bisnis perusahaan. ITSM merupakan kebalikan dari pendekatan manajemen TI dan interaksi bisnis yang terpusat pada teknologi. Istilah ITSM tidak berasal dari suatu organisasi, pengarang, atau pemasok tertentu dan awal penggunaan frasa inipun tidak jelas kapan dimulainya.

ITSM berfokus pada proses dan karenanya terkait dan memiliki minat yang sama dengan kerangka kerja dan metodologi gerakan perbaikan proses, seperti TQM, Six Sigma, Business Process Management, dan CMMI. Disiplin ini tidak memedulikan detail penggunaan produk suatu pemasok tertentu atau detail teknis suatu sistem yang dikelola, melainkan berfokus pada upaya penyediaan kerangka kerja untuk menstrukturkan aktivitas yang terkait dengan TI dan interaksi antara personel teknis TI dengan pengguna teknologi informasi.

ITSM umumnya menangani masalah operasional manajemen teknologi informasi (kadang disebut operations architecture, arsitektur operasi) dan bukan pada pengembangan teknologinya sendiri. Contohnya, proses pembuatan perangkat lunak komputer untuk dijual bukanlah fokus dari disiplin ini, melainkan sistem komputer yang digunakan oleh bagian pemasaran dan pengembangan bisnis di perusahaan perangkat lunak-lah yang merupakan fokus perhatiannya. Banyak pula perusahaan non-teknologi, seperti pada industri keuangan, ritel, dan pariwisata, yang memiliki sistem TI yang berperan penting, walaupun tidak terpapar langsung kepada konsumennya.

Kerangka kerja (framework) yang dianggap dapat memberikan contoh penerapan ITSM di antaranya:

1.      Information Technology Infrastructure Library (ITIL)

        Menyadur IBM, sistem yang dikenal dengan sebutan ITIL tersebut merupakan sebuah kerangka kerja yang dirancang untuk membakukan pemilihan, perencanaan, pengiriman, dan pemeliharaan layanan IT dalam bisnis.

        Tujuan sistem ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan mencapai pemberian layanan yang telah diprediksi oleh perusahaan.

        Kerangka kerja ITIL memungkinkan administrator database untuk menjadi mitra layanan bisnis dan bukan hanya sebagai dukungan back-end saja.

        Panduan dan praktik terbaik ITIL menyelaraskan tindakan dan pengeluaran departemen IT dengan kebutuhan bisnis.

        Tak hanya itu, seluruh aktivitas dan kinerja tim IT perusahaan akan disesuaikan seiring adanya pertumbuhan atau pergeseran dalam strategi bisnis.

2.      Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT)

        COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) merupakan sekumpulan dokumentasi dan panduan yang mengarahkan pada IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen, dan pengguna (user) untuk menjembatani pemisah antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol, dan permasalahan-permasalahan teknis. COBIT dikembangkan oleh IT governance Institute (ITGI) yang merupakan bagian dari Information Systems Audit and Control Association (ISACA)

        Menurut Campbell COBIT merupakan suatu cara untuk menerapkan IT governance. COBIT berupa kerangka kerja yang harus digunakan oleh suatu organisasi bersamaan dengan sumber daya lainnya untuk membentuk suatu standar yang umum berupa panduan pada lingkungan yang lebih spesifik. Secara terstruktur, COBIT terdiri dari seperangkat contol objectives untuk bidang teknologi indormasi, dirancang untuk memungkinkan tahapan bagi audit.

          Menurut IT Governance Institute Control Objectives for Information and related Technology (COBIT, saat ini edisi ke-4) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna ( user ) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis.

3.      Software Maintenance Maturity Model

        Maturity model adalah suatu metode untuk mengukur level pengembangan manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana kapabilitas manajemen tersebut. Seberapa bagusnya pengembangan atau kapabilitas manajemen tergantung pada tercapainya tujuan-tujuan COBIT yang Sebagai contoh adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan manajemen keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang tidak begitu kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang dibutuhkan untuk diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera resiko Enterprise dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.

4.      PRM-IT IBM’s Process Reference Model for IT

5.      Application Services Library (ASL)

        Aplikasi Layanan Perpustakaan (ASL) adalah kerangka kerja domain public dari praktik terbaik yang digunakan untuk standarisasi proses dalam Aplikasi Manajemen, disiplin memproduksi dan memelihara sistem informasi dan aplikasi. Istilah “perpustakaan” digunakan karena ASL disajikan sebagai satu set buku yang menggambarkan praktek-praktek terbaik dari industri TI. Hal ini dijelaskan dalam beberapa buku dan artikel (banyak dari mereka hanya tersedia dalam Bahasa Belanda) dan di situs resmi ASL BiSL Foundation.

6.      Business Information Services Library (BISL)

        BiSL adalah standar domain publik sejak tahun 2005, diatur oleh Lembaga ASL BiSL (sebelumnya Lembaga ASL). Kerangka kerja ini menggambarkan standar untuk proses dalam manajemen informasi bisnis di strategi, manajemen dan operasi tingkat. BiSL berkaitan erat dengan ITIL dan ASL kerangka, namun perbedaan utama antara kerangka kerja ini adalah bahwa ITIL dan ASL focus pada pasokan sisi informasi (tujuan organisasi TI), sedangkan BiSL berfokus pada sisi permintaan (yang timbul dari organisasi pengguna akhir).

7.      Microsoft Operations Framework (MOF)

        Microsoft Operation Framework (MOF) 4.0 adalah serangkaian panduan yang bertujuan membantu teknologi informasi (TI) professional menetapkan dan menerapkan layanan yang handal dan hemat biaya.

8.      eSourcing Capability Model for Service Providers (eSCM-SP) dan eSourcing Capability Model for Client Organizations (eSCM-CL) dari ITSqc for Sourcing Management.

            eSourcing Capability Model  for Service Providers (eSCM-SP) adalah suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh ITSqc di Carnegie Mellon University. eSCM-SP adalah “praktek terbaik” model kemampuan dengan tiga tujuan :

-  Untuk memberikan penyedia layanan bimbingan yang akan membantu mereka meningkatkan kemampuan mereka di seluruh sourcing siklus hidup

-  Untuk menyediakan klien dengan cara yang obyektif mengevaluasi kemampuan penyedia layanan

-  Untuk menawarkan penyedia layanan standar untuk digunakan saat membedakan diri dari pesaing.

Beberapa proses dari ITSM itu yaitu:

•   Bagaimana menjaga keseimbangan antara bisnis layanan teknologi informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan customer.

•  Melayani dengan TI yang berkualitas dan dengan harga yang sesuai dengan keefektifan TI yang diberikan.

•  Membina kerjasama yang baik antara pihak suplier dan customer dengan tidak saling mengecewakan dan dapat memberikan layanan yang terbaik.

•  Membina dan melayani dengan tingkat kemampuan melayani sebaik- baiknya customer yang nantinya akan mempengaruhi terhadap kepuasan yang akan didapatkan customer tersebut

        Namun, ada hal yang mempengaruhi tantangan dalam manajemen layanan teknologi informasi, Diantaranya Menjaga jalannya layanan TI setiap saat, Mengoptimalkan biaya TI, Mengelola resiko dan kompleksitas TI, Mencapai kepatuhan hukum dan peraturan,  Mengelola perubahan volume yang lebih tinggi,dan Menyelaraskan layanan TI dengan kebutuhan bisnis. Beberapa layanan TI yang digunakan seperti penggunaan komputer,print-sharing,internet maupun software bisnis tertentu.

ITSM memiliki empat perspektif atau atribut untuk menjelaskan konsep ITSM,Hubungan dari masing-masing perspektif sebagai berikut:

a. Partners/Suppliers

Perspektif partners/suppliers memperhitungkan pentingnya mitra dan hubungan dengan supplier/pemasok external demi membangun kontribusi yang positif pada layanan.

b. People

Perspektif people berkaitan dengan bagaimana mengelola sumber daya manusia seperti staf TI, pelanggan dan stakeholder lainnya guna memenuhi kebutuhan layanan TI.

c. Product/Technology

Perspektif product/technology fokus pada memperhitungkan teknologi yang digunakan, perangkat keras & perangkat lunak, anggaran dan infrastruktur layanan TI.

d. Process

Perspektif process berkaitan dengan menjaga proses layanan agar dapat disampaikan kepada pengguna sesuai dengan aliran proses yang telah direncanakan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.


sumber :

https://glints.com/id/lowongan/information-technology-infrastructure-library/

https://itgid.org/cobit-control-objectives-for-information-technology/

https://yuliahendro.blogspot.com/2018/03/software-maintenance-maturity-model.html

https://naufalakmalfauzi.wordpress.com/2017/03/17/manajemen-layanan-sistem-informasi/

https://bagasyogatama778.blogspot.com/2018/04/kerangka-kerja-framework-penerapan-itsm.html



Continue reading Framework (Kerangka Kerja) yang digunakan pada ITSM

Minggu, 23 Januari 2022

Sistem Kritis Dengan Point Bahasan Keamanan Siber

 



Pernahkah Anda mendengar tentang istilah‘Critical Infrastructure’? Critical Infrastructure disebut juga sebagai sektor kritis, yaitu sektor yang menjadi roda perekonomian dan juga kesehatan dari suatu negara.

Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, keamanan suatu negara dapat diancam hanya melalui sektor-sektor tersebut.

Ya, saat ini banyak sekali mesin yang telah terkoneksi dengan internet. Jelas, teknologi tersebut mempermudah pekerjaan manusia dibandingkan zaman dulu, ketika manusia masih harus secara manual mengoperasikannya. Namun, dibalik manfaatnya tersebut terdapat celah bagi berbagai serangan siber, yang jika tidak dicegah tentu saja akan sangat merugikan.

Chief Information Security Officer, Fortinet Phil Quade menjelaskan dulu mungkin jika ada yang ingin menyerang sebuah negara, akan melawan militer negara tersebut.

“Kini, semua itu telah berubah. Mereka akan berpikir untuk apa menyerang militer negara lagi, lebih baik mereka meretas sistem dari ‘critical infrastructure’. Mereka tinggal meretas misalnya, pembangkit tenaga listrik atau sistem sumber pengaliran air, maka semua orang di negara tersebut akan kesusahan. Itulah cara serangan siber di masa kini, ‘critical infrastructure’ menjadi incaran utama,” katanya dalam keterangan, belum lama ini. 

Diungkapkannya,  di Amerika setidaknya ada 16 sektor yang dianggap sebagai sektor kritis dan masuk ke dalam ‘Critical Infrastructure’.

Sektor-sektor tersebut adalah Sektor Kimia, Sektor Fasilitas Komersial, Sektor Komunikasi, Sektor Manufaktur Kritis, Sektor Bendungan, Sektor Basis Industri Pertahanan, Sektor Layanan Darurat, Sektor Energi, Sektor Jasa Keuangan, Sektor Pangan dan Pertanian, Sektor Fasilitas Pemerintahan, Sektor Layanan Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat, Sektor Teknologi Informasi, Reaktor Nuklir-Bahan-Sektor Limbah, Sektor Agen Khusus, Sektor Sistem Transportasi, dan Sektor Air dan Sistem Air Limbah.

Kondisi Indonesia

Berbeda dengan Amerika, sektor-sektor di Indonesia masih terpisah dan bekerja sendiri-sendiri. Salah satu sektor kritis di Indonesia adalah Sektor Keuangan dan Sektor Pemerintahan.

Kedua sektor ini juga sudah sangat baik menerapkan keamanan siber untuk menghidari berbagai ancaman.

“Indonesia tahun lalu telah meluncurkan badan keamanan siber nasional. Sementara sejumlah Kementrian yang berbeda beralih ke transformasi data,” katanya. 

Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk terus menjaga keamanan sektor-sektor kritis pada sebuah negara yaitu dengan security fabric.

Cara kerja security fabric cukuplah detail, seperti bahan kain besar yang direntangkan, ketika ada sebuah ancaman masuk ke dalam sistem dan mencari titik masuk yang pas, security fabric akan membedah seluruh sisitem pada bahan tersebut. Jika nanti ditemukan keanehan atau malware, maka seluruh sistem akan segera diinformasikan sehingga sistem akan memperkuat keamanannya.

Logikanya, malware akan mencari titik terlemah dalam sebuah sistem untuk diserang, namun ketika menggunakan security fabric, proteksi justru difokuskan kepada titik terkuat sistem. Dimana proteksi tersebut akan melindungi seluruh sisi sistem, malware akan sangat sulit sekali untuk menembusnya.


Continue reading Sistem Kritis Dengan Point Bahasan Keamanan Siber